Global Design

Global Design

Islamicity Design System

oleh Benn Al Islamicity & TIM

Bismillahirrahmaanirrahiim

Jamaah, mari kita bahas cara terbaik untuk membuat Design System langkah demi langkah. Pembuatan Design System adalah investasi besar yang akan sangat bermanfaat dalam jangka panjang, karena meningkatkan konsistensi, efisiensi, dan skalabilitas dalam pengembangan produk digital.

Langkah demi Langkah Membuat Design System

Membangun Design System adalah proses yang iteratif dan membutuhkan kolaborasi lintas fungsi (desainer, developer, manajer produk).

1. Dapatkan Dukungan dan Bentuk Tim Inti

Ini adalah langkah krusial. Design System tidak bisa dibangun atau diterapkan oleh satu orang saja.

  • Dapatkan Dukungan Stakeholder: Jelaskan manfaat Design System (konsistensi, kecepatan, efisiensi, kualitas) kepada manajemen dan tim. Tunjukkan bagaimana ini akan menyelesaikan pain points yang ada.
  • Bentuk Tim Inti: Idealnya, tim ini terdiri dari:
    • Desainer Utama: Seseorang dengan pemahaman mendalam tentang UI/UX dan visi desain produk.
    • Developer Utama: Seseorang yang memiliki keahlian dalam frontend development dan memahami struktur kode.
    • Manajer Produk/Pemilik Produk: Untuk memastikan Design System selaras dengan tujuan bisnis.
    • (Opsional) Penulis Konten/UX Writer: Untuk panduan tone of voice dan microcopy.

2. Lakukan Audit Desain yang Ada (Discovery Phase)

Sebelum membangun sesuatu yang baru, pahami apa yang sudah ada.

  • Kumpulkan Semua Elemen UI: Kumpulkan semua tombol, form field, card, tipografi, skema warna, ikon, dan komponen lainnya yang saat ini digunakan di produk Anda.
  • Identifikasi Inkonsistensi: Cari tahu di mana inkonsistensi paling sering terjadi (misalnya, lima jenis tombol “primer” yang berbeda, penggunaan warna yang tidak konsisten, tipografi yang bervariasi).
  • Identifikasi Kesenjangan (Gaps): Temukan elemen apa yang kurang atau tidak ada sama sekali.
  • Dokumentasikan Penggunaan: Catat bagaimana elemen-elemen ini digunakan dalam berbagai skenario.

Tujuan: Mendapatkan gambaran menyeluruh tentang keadaan desain produk Anda saat ini dan mengidentifikasi area yang paling membutuhkan standarisasi.

3. Definisikan Prinsip Desain dan Nilai Inti

Prinsip desain adalah panduan filosofis yang akan memandu semua keputusan desain dalam Design System.

  • Brainstorming: Bersama tim, diskusikan nilai-nilai apa yang ingin Anda sampaikan melalui desain Anda.
  • Contoh Prinsip:
    • Konsisten namun Adaptif: Memastikan pengalaman yang seragam sambil memungkinkan fleksibilitas.
    • Jelas dan Sederhana: Fokus pada kemudahan penggunaan dan pemahaman.
    • Efektif dan Efisien: Membantu pengguna mencapai tujuan mereka dengan cepat.
    • Inklusif: Memastikan desain dapat digunakan oleh semua orang, termasuk disabilitas.
    • Menyenangkan (Delightful): Menciptakan pengalaman yang positif.

Tujuan: Memberikan arah dan justifikasi untuk setiap keputusan desain yang akan dibuat.

4. Mulai dari Pondasi: Desain Token dan Komponen Atomik

Ini adalah inti dari Design System. Mulai dari elemen terkecil dan paling dasar.

  • Desain Token (Design Tokens): Variabel yang menyimpan nilai-nilai visual. Ini adalah “sumber kebenaran” untuk semua properti visual.
    • Warna: Definisikan palet warna primer, sekunder, netral, error, success, dll., beserta namanya (misal: $color-primary-500).
    • Tipografi: Definisikan font-family, ukuran huruf (misal: $font-size-h1, $font-size-body), line-height, font-weight.
    • Spasi (Spacing): Definisikan nilai-nilai spasi (misal: $spacing-xs, $spacing-m).
    • Bayangan (Shadows): Definisikan berbagai efek bayangan.
    • Radius Sudut (Border Radius): Definisikan nilai-nilai radius sudut.
  • Komponen Atomik (Atomic Components – dalam analogi Atomic Design): Ini adalah blok bangunan dasar.
    • Tombol (Buttons): Definisikan semua state (normal, hover, active, disabled, loading), ukuran, dan varian (primer, sekunder, ghost).
    • Input Fields: Berbagai jenis input, state, dan validasi.
    • Ikon (Icons): Koleksi ikon yang konsisten.
    • Checkbox/Radio Buttons:
    • Link:

Peralatan: Gunakan tools desain seperti Figma, Sketch, atau Adobe XD. Figma sangat populer karena fitur component-based dan Design Tokens-nya.

5. Bangun Komponen yang Lebih Kompleks (Molekul dan Organisme)

Setelah atomik, kombinasikan untuk membuat komponen yang lebih kompleks.

  • Molekul: Kombinasi atom.
    • Search Bar: Input field + Button + Icon.
    • Card: Gambar + Judul + Teks + Tombol.
  • Organisme: Kelompok molekul yang membentuk bagian UI yang lebih besar.
    • Header Navigasi: Logo + Link Navigasi + Search Bar + Profil Pengguna.
    • Form Login: Input fields + Tombol + Link.

Penting: Selama proses ini, pastikan semua komponen yang dibangun responsif dan dapat beradaptasi dengan berbagai ukuran layar.

6. Dokumentasikan Semuanya (The Design System Guide)

Dokumentasi adalah tulang punggung Design System. Tanpa dokumentasi yang jelas, sistem ini tidak akan efektif.

  • Pedoman Penggunaan:
    • Kapan harus menggunakan komponen tertentu?
    • Bagaimana state komponen berubah?
    • Apa yang harus dihindari saat menggunakan komponen?
    • Pedoman Aksesibilitas.
  • Pedoman Konten (Content Guidelines):
    • Tone of Voice merek.
    • Panduan penulisan microcopy.
    • Gaya bahasa yang konsisten.
  • Contoh Kode (Code Snippets): Untuk developer agar dapat dengan mudah menyalin dan mengimplementasikan komponen.
  • Status Komponen: Apakah ini stabil, beta, atau deprecated?
  • Versi: Catat perubahan dan pembaruan pada Design System.

Peralatan: Banyak tim menggunakan tools seperti Storybook, Zeroheight, Supernova, atau bahkan Wiki internal seperti Confluence untuk dokumentasi.

7. Buat Library Komponen untuk Developer (Code Components)

Agar Design System dapat diimplementasikan, developer membutuhkan komponen yang dapat digunakan langsung dalam kode.

  • Implementasi Komponen: Developer akan membangun komponen UI yang sesuai dengan spesifikasi desain, menggunakan framework seperti React, Vue, Angular, atau native web components.
  • Repositori Kode Terpusat: Simpan semua komponen ini dalam satu repository yang dapat diakses oleh semua tim pengembangan.
  • Versioning: Pastikan ada strategi versioning yang jelas untuk library komponen (misalnya, menggunakan Semantic Versioning).
  • Paket NPM/Yarn: Publikasikan library komponen sebagai paket yang dapat diinstal oleh proyek lain.

8. Edukasi dan Sosialisasi

Design System hanya berguna jika orang tahu cara menggunakannya.

  • Sesi Pelatihan: Adakan sesi pelatihan untuk desainer, developer, dan manajer produk.
  • Workshop: Lakukan workshop praktik untuk membangun komponen dan halaman menggunakan Design System.
  • Saluran Komunikasi: Buat saluran komunikasi (misalnya, Slack) di mana tim dapat bertanya dan memberikan umpan balik tentang Design System.
  • Evangelize: Terus promosikan manfaat Design System di seluruh organisasi.

9. Iterasi dan Pemeliharaan Berkelanjutan

Design System bukanlah proyek sekali jadi. Ini adalah produk hidup yang terus berkembang.

  • Pengumpulan Umpan Balik: Secara teratur kumpulkan umpan balik dari pengguna (desainer dan developer).
  • Perbarui dan Perluas: Tambahkan komponen baru, perbarui yang sudah ada, atau perbaiki bug berdasarkan kebutuhan produk dan umpan balik.
  • Tim Pemeliharaan: Pertimbangkan untuk memiliki tim kecil yang didedikasikan untuk memelihara dan mengembangkan Design System secara berkelanjutan.
  • Audit Berkala: Lakukan audit desain berkala untuk memastikan kepatuhan dan mengidentifikasi area perbaikan.

Membangun Design System memang membutuhkan investasi awal yang signifikan, tetapi manfaatnya dalam hal konsistensi produk, kecepatan pengembangan, dan pengalaman pengguna yang lebih baik akan terbayar lunas dalam jangka panjang.

Sedangkan membuat “Islamicity Design System” adalah proyek yang menarik dan unik, karena menggabungkan prinsip-prinsip desain modern dengan estetika, nilai, dan filosofi Islam. Pendekatan ini akan sedikit berbeda dari Design System standar karena adanya lapisan makna dan referensi budaya yang harus dipertimbangkan.

Berikut adalah langkah demi langkah terbaik untuk membuat Islamicity Design System:

Langkah demi Langkah Membuat Islamicity Design System

1. Definisi Visi, Misi, dan Filosofi Islam dalam Desain

Ini adalah fondasi utama yang akan membedakan Design System ini.

  • Pahami Prinsip Desain Islam: Lakukan riset mendalam tentang seni dan arsitektur Islam. Beberapa prinsip kunci meliputi:
    • Tauhid (Keesaan Tuhan): Tercermin dalam kesederhanaan, proporsi, dan kesatuan.
    • Geometri dan Pola: Penggunaan motif geometris (bintang, poligon) yang kompleks dan berulang, seringkali tanpa awal atau akhir, melambangkan keabadian dan ketakterbatasan.
    • Kaligrafi: Pentingnya huruf Arab sebagai bentuk seni dan media ekspresi religius.
    • Arabesque (Motif Floral): Pola tumbuhan yang stilistik, melambangkan pertumbuhan dan kehidupan.
    • Warna dan Cahaya: Penggunaan warna yang kaya (biru, hijau, emas) dan efek cahaya untuk menciptakan suasana spiritual.
    • Keseimbangan dan Harmoni: Menciptakan rasa ketenangan dan ketertiban.
    • Abstraksi: Menghindari representasi figuratif untuk menghindari penyembahan berhala.
  • Definisikan Nilai-nilai Inti: Bagaimana nilai-nilai Islam seperti kesederhanaan (zuhd), kebersihan (thaharah), keindahan (jamal), kebersyukuran, dan pelayanan (khidmah) dapat diterjemahkan ke dalam elemen desain.
  • Tentukan Target Audiens dan Konteks Aplikasi: Apakah ini untuk aplikasi religius, produk gaya hidup Muslim, platform pendidikan Islam, atau yang lainnya? Pemahaman audiens akan memengaruhi estetika dan fungsionalitas.

Contoh Visi: “Menciptakan pengalaman digital yang indah, fungsional, dan bermakna, yang selaras dengan nilai-nilai dan estetika Islam.”

2. Audit Desain yang Ada (dengan Lensa Islamicity)

Jika ada produk digital yang sudah ada, auditlah dengan perspektif baru ini.

  • Identifikasi Elemen Visual yang Ada: Kumpulkan semua komponen UI yang digunakan.
  • Evaluasi Kesesuaian dengan Prinsip Islamicity:
    • Apakah ada elemen yang terasa “bertentangan” atau kurang selaras dengan nilai Islam? (Misalnya, terlalu banyak gambar figuratif, warna yang terlalu mencolok tanpa makna).
    • Bagaimana konsistensi penggunaan warna, tipografi, dan ikonografi?
    • Apakah ada ruang untuk mengintegrasikan motif atau estetika Islam?
  • Identifikasi Kesenjangan: Apa yang kurang untuk membuat desain terasa “Islami” atau relevan dengan konteks Muslim? (Misalnya, tidak ada komponen untuk waktu shalat, arah kiblat, penanda ayat Al-Quran).

3. Kembangkan Prinsip Desain Islamicity

Merujuk pada filosofi yang telah didefinisikan, buat prinsip desain yang akan memandu setiap keputusan.

  • Contoh Prinsip Desain Islamicity:
    • Ketulusan & Fungsionalitas: Desain harus jujur, tidak berlebihan, dan utamanya melayani tujuan yang bermanfaat.
    • Harmoni & Keseimbangan: Setiap elemen harus berkontribusi pada keseluruhan yang teratur dan menenangkan.
    • Keterhubungan & Iterasi: Menggambarkan pola tak terbatas dan alam, mendorong rasa koneksi dan pertumbuhan.
    • Elegansi & Kejelasan: Mencapai keindahan melalui kesederhanaan, kemudahan pemahaman, dan navigasi yang intuitif.
    • Respek & Inklusivitas: Menghormati keragaman pengguna dan budaya Muslim, memastikan aksesibilitas untuk semua.
    • Keanggunan dalam Detail: Perhatian pada detail halus yang menyampaikan kedalaman dan kekayaan tanpa menjadi berlebihan.

4. Desain Token dan Komponen Atomik dengan Sentuhan Islamicity

Inilah bagian di mana nilai-nilai Islam mulai diterjemahkan ke dalam elemen visual konkret.

  • Warna Palet:
    • Dasar: Gunakan warna yang umum dalam arsitektur dan seni Islam (biru laut/turkis, hijau zamrud, emas, terracotta, putih gading, abu-abu batu).
    • Makna: Definisikan makna atau asosiasi spiritual untuk warna tertentu (misalnya, hijau untuk surga dan kehidupan, biru untuk alam semesta dan ketenangan).
    • Nama: Beri nama token warna yang relevan secara budaya (misal: $color-masjid-green, $color-bazar-gold).
  • Tipografi:
    • Primer: Pilih font sans-serif atau serif yang bersih dan mudah dibaca untuk teks utama.
    • Sekunder/Aksen: Pertimbangkan font dengan sentuhan kaligrafi atau yang terinspirasi dari tulisan Arab untuk judul, logo, atau elemen dekoratif. Pastikan keterbacaan tetap prioritas.
    • Font Arab: Sertakan pilihan font Arab yang estetis dan fungsional jika produk melibatkan teks Arab.
  • Ikonografi:
    • Gaya: Kembangkan gaya ikon yang konsisten, mungkin dengan bentuk geometris yang sederhana, terinspirasi dari pola Islam.
    • Relevansi: Sertakan ikon yang relevan dengan konteks Islam (misalnya, bulan sabit, bintang, kubah, sajadah, lentera, Al-Quran, tasbih).
    • Abstraksi: Hindari representasi figuratif yang detail.
  • Spasi dan Tata Letak:
    • Keseimbangan: Pertahankan keseimbangan dan simetri (atau asimetri yang disengaja dan harmonis) dalam tata letak.
    • White Space: Manfaatkan white space (ruang kosong) untuk menciptakan kesan tenang dan fokus, sering terlihat dalam desain masjid atau manuskrip.
  • Bayangan dan Efek: Gunakan efek cahaya dan bayangan yang halus untuk memberikan kedalaman tanpa menjadi terlalu berat, meniru bagaimana cahaya berinteraksi dengan tekstur di arsitektur Islam.
  • Pola & Tekstur: Definisikan penggunaan pola geometris dan arabesque sebagai latar belakang, divider, atau elemen dekoratif yang subtil.

5. Bangun Komponen yang Lebih Kompleks (Molekul dan Organisme)

Integrasikan atomik komponen dengan estetika Islamicity.

  • Tombol: Tombol dengan border-radius yang lembut, warna dari palet Islam, mungkin dengan ikon yang terinspirasi Islam.
  • Card: Desain card yang bersih dengan tata letak yang rapi, mungkin dengan border atau divider yang menampilkan pola geometris halus.
  • Navigasi: Desain elemen navigasi yang intuitif, mungkin dengan penekanan pada ikonografi yang relevan atau tipografi aksen.
  • Komponen Spesifik Islam:
    • Komponen Waktu Shalat: Menampilkan waktu shalat dengan estetika yang sesuai.
    • Penunjuk Arah Kiblat: Komponen visual untuk arah kiblat.
    • Pembaca Al-Quran/Hadits: Desain layout untuk teks Arab yang indah dan mudah dibaca, mungkin dengan opsi tema yang terinspirasi dari warna klasik mushaf.
    • Kalender Hijriah: Komponen kalender yang terintegrasi dengan kalender Hijriah.
    • Zikir Counter/Tasbih Digital: Komponen interaktif yang mencerminkan fungsi tasbih fisik.

6. Dokumentasi yang Komprehensif

Dokumentasi harus mencakup elemen desain dan filosofi di baliknya.

  • Pedoman Penggunaan Komponen: Kapan dan bagaimana menggunakan setiap komponen.
  • Pedoman Desain Islamicity: Jelaskan mengapa elemen desain tertentu dipilih dan bagaimana hal itu mencerminkan prinsip-prinsip Islam. Sertakan contoh DOs dan DON’Ts.
  • Glosarium Terminologi Islam: Jika ada istilah Islam yang digunakan, jelaskan maknanya.
  • Pedoman Konten/UX Writing:
    • Tone of voice yang mencerminkan nilai-nilai Islam (misalnya, menghormati, mendidik, menginspirasi, tenang).
    • Panduan untuk microcopy dan pesan kesalahan.
  • Aksesibilitas: Pastikan Design System Anda juga mengutamakan aksesibilitas, sejalan dengan nilai inklusivitas dalam Islam.
  • Contoh Implementasi Kode: Untuk developer.

7. Buat Library Komponen untuk Developer

Pastikan developer dapat mengimplementasikan desain dengan mudah.

  • Komponen Terkodifikasi: Bangun komponen UI yang sesuai dengan spesifikasi desain dan prinsip Islamicity.
  • Aksesibilitas dalam Kode: Pastikan komponen kode juga dibangun dengan praktik aksesibilitas terbaik (misalnya, atribut ARIA, fokus keyboard).
  • Dukungan RTL (Right-to-Left): Jika target audiens Anda menyertakan penutur bahasa Arab, pastikan Design System mendukung tata letak right-to-left secara mulus.

8. Edukasi, Sosialisasi, dan Validasi

  • Sesi Edukasi: Ajarkan desainer dan developer tentang Design System baru dan, yang lebih penting, filosofi di baliknya.
  • Workshop Kolaboratif: Libatkan tim dalam membuat atau memodifikasi komponen, sehingga mereka merasa memiliki.
  • Uji Pengguna (User Testing): Lakukan testing dengan pengguna target, termasuk mereka yang memiliki pemahaman tentang estetika Islam, untuk mendapatkan umpan balik tentang bagaimana desain dirasakan.
  • Umpan Balik dari Ahli: Pertimbangkan untuk mendapatkan masukan dari ahli seni Islam atau teolog untuk memastikan interpretasi yang tepat (jika relevan).

9. Iterasi dan Pemeliharaan Berkelanjutan

Design System ini, seperti yang lainnya, harus hidup dan bernapas.

  • Kumpulkan Umpan Balik: Terus dengarkan desainer, developer, dan pengguna.
  • Perbarui dan Perluas: Seiring waktu, kita mungkin menemukan pola atau komponen baru yang perlu ditambahkan, atau modifikasi pada yang sudah ada.
  • Revisi Prinsip: Mungkin ada momen di mana kita perlu merevisi atau memperjelas prinsip desain Anda berdasarkan pengalaman dan pemahaman yang berkembang.

Membangun Islamicity Design System adalah upaya yang kaya dan memuaskan. Ini bukan hanya tentang estetika, tetapi juga tentang menyampaikan makna dan nilai-nilai melalui setiap piksel dan interaksi.